Selasa, 12 Juni 2012

PROFFESSIONAL

Sun Tzu berani menghukum anaknya
sdri yg gagal menjalankan lthn perang²an.

Mnrt logika umum, mana mungkin seorg ayah
mau menyakiti anak yg dicintainya?

Bahkan melukainya di dpn org byk,
seperti sengaja mempermalukannya.

Satu prinsip strategi perang ditunjukkan lgsg
oleh Sum Tzu di dpn para prajuritnya.

Bahwa dlm perang tdk ada hak istimewa
bagi keluarga atau anak jenderal.

Siapa pun yg dipilih sebagai komandan atau pemimpin perang,
dia harus memiliki kecakapan perang & mampu memimpin pasukan.

Tanpa kompromi.

Inilah prinsip profesionalisme sejati
yg diajarkan Sun Tzu ribuan tahun yg lalu.

Selain bdg militer, prinsip profesionalisme sejati
ini juga berlaku di sgl bdg kehidupan.
Yaitu di bdg politik, bisnis, karir,
hingga di kehidupan pribadi setiap org.

Kalau kita mau jujur, banyak hal di bdg yg disebutkan tadi,
berjln di luar arah yg seharusnya.

Contoh:
Dlm manajemen perush kita menempatkan org²
di posisi ptg yg bkn krn skill & profesionalismenya,
ttpi lbh krn kedekatan kita dgn mrk.
Spt sanak saudara, teman sealumni, sesuku, seagama,
kenalan dekat, atau semata
krn kita menyukai mrk.

Lalu pada saat tjd konflik, ada pelanggaran, ada masalah,
maka krn kedekatan itu kita jadi dilemma
dlm mengambil sikap.

Kita tdk enak memberi peringatan, tidak enak mengkoreksi,
bahkan pada saat hrs bertindak tegas
kita tdk berani memecat atau menghukum org yg jelas² salah.

Hal ini pasti tdk terjadi jika sejak awal
kita menegakkan prinsip² meritokrasi atau profesionalisme
yg ketat & tegas dlm rekrutmen
maupun penempatan posisi penting.

Tidak ada yg salah menempatkan org² dkt pada posisi penting.

Tetapi ingat, posisi² penting dlm bisnis, politik
& manajemen pemerintahan selalu mengandung tanggung jawab yg brr.

Sbb itulah, pantang menempatkan org yg tdk cakap di posisi tsb.

Dgn langkah tegas ini, risiko lbh bisa diminimalkan.

Tidak ada komentar: