Kamis, 18 Maret 2010

Dokter (malah Doktor) lain yang bekerja seperti Dr. Tan Shot Yen
antara lain adalah DR. Dr. Amarullah H. Siregar, DIHom, DNMed, MSc, PhD (doktor-dokter naturopati) dan Andang W. Gunawan, ND (nutrition therapist).

Mereka menekankan pentingnya pasien memahami tubuh dan kesehatnnya sendiri, mereka lebih menganjurkan perombakan pola hidup/pola makan dan memberikan suplemen alami sejauh diperlukan. Jika memerlukan, infonya bisa diperoleh di sekretariat Majalah NIRMALA 021-7471 1551 ext 409, 525, 410. Alamat dan no kontak Dr. Tan juga bisa ditanyakan di sini.

Dr. Tan Shoat Yen: "Obat BUKAN JAWABAN"
> (Dari Majalah "PESONA" Maret 2010, Halaman 80 -- 82)
>
> Ia mendidik pasiennya agar mengubah gaya hidup, tak tergantung pada obat dan tidak dibohongin dokter. Prinsipnya, pasien harus punya otonomi terhadap tubuh sendiri.
>
> Cobalah berkunjung ke klinik dr. Tan Shot Yen diwilayah Bumi Serpong Damai pada pukul 11 dihari kerja. Anda akan melihat dr. Tan menghadapi beberapa pasien. Sekilas, Anda mungkin berpikir dokter sedang marah-marah. Padahal ia sedang menjelaskan tentang gaya hidup sehat pada pasien barunya. Pasalnya, memang begitu gaya dr. Tan, menjelaskan dengan suara keras. Bila kita simak ucapannya, semua yang dijelaskannya sangat penting dan membukakan mata.
>
> "Kesalahan pasien dalam berobat hanyalah mencari tahu `bagaimana'. Bagaimana caranya menurunkan tensi, menurunkan kadar gula, menguruskan badan, menghilangkan senewen atau sakit di jemari. Jika Anda Cuma tanya `bagaimana', Anda akan jatuh menjadi sekadar konsumen. Pertanyaan terpenting adalah mengapa Anda sampai sakit?" urainya.
>
> Wanita 45 tahun ini memang tak mau punya pasien yang yang mengharapkan pil atau tongkat ajaib untuk membereskan tubuhnya. "Saya mau pasien yang taking ownership of their own body. Itu badan anda. Buat apa dokter yang sok tahu menyuruh ini-itu? Yang benar buat dokter belum tentu benar buat Anda." Wah, dokter yang satu ini tampaknya memang lain dari yang lain.
> Mendorong Gaya Hidup Sehat
> Perbedaan mencolok dr. Tan dibanding dokter lain pada umumnya adalah ia tidak mudah memberi obat. Rata-rata pasien yang keluar dari ruang prakteknya tidak menggenggam resep. Kalaupun ada resep, biasanya hanya vaitamin dan omega-3, tergantung kondisi pasien.
>
> "Sampai kapan seseorang mau tergantung pada obat-obatan? Apakah setelah mengonsumsi obat dia benar-benar sembuh? Jawabannya tidak. Karena begitu obat berhenti, dia sakit lagi. Berapa banyak dokter hanya bertanya `sakit apa' lalu berkata `ini obatnya'? Dia tidak memberikan pendidikan atau menjelaskanasal usul penyakit. Pasien juga bego, padahal dia harusnya memahami perannya dalam menciptakan penyakitnya, " jelas dr. Tan.
>
> Sebagai ganti resep, dr. Tan memberikan pencerahan tentang gaya hidup sehat yang harus dijalani setiap orang. „Saya yakin semua dokter tahu bahwa diabetes, stroke, dan kanker adalah penyakit gaya hidup. Tapi pertanyaannya, seberapa jauh seorang dokter mau fight untuk memperbaiki gaya hidup pasiennya? Karena, penanganan pertama pasien seharusnya perubahan gaya hidup. Bila gagal, baru obat-obatan boleh dicoba."
>
> Dr. Tan mencontohkan, pasien yang sakit lutut akan disuruh minum obat, dioperasi, atau diganti tempurung lututnya. Padahal, titik beratnya adalah bobot tubuhnya. Jika si Pasien mengubah pola makan dan gaya hidup, berat badannya susut dan keluhan lututnya akan hilang. "Ibaratnya, mobil Mercedes pasti turun mesin kalau diisi bensin bajaj. Coba ganti dengan bensin super, pasti larinya kencang."
>
> Perubahan pola makan yang dianjurkan dr. Tan mungkin terdengar ekstrem. Ia mengimbau pasiennya untuk berhenti mengonsumsi gula, terigu, nasi, dan pati (singkong, kentang, ubi, jagung, taloas). Pasalnya, di dalam tubuh, jenis makanan ini akan diproses 100% menjadi gula dalam waktu dua jam. Benar, manusia butuh gula untuk energi. Tapi kenaikan kadar gula darah akibat empat jenis makanan ini sangat cepat, mengakibatkan insulin melonjak untuk menekan kenaikannya. Bersama insulin, keluar pula hormon eicosanoid buruk. Akibatnya, pembuluh darah menyempit, darah kental, daya tahan buruk, tubuh `memelihara' bakteri, jamur, kista, tumor, dan kanker, serta timbul nyeri.
>
> Sebagai ganti nasi, ia meresepkan: satu ikat selada mentah atau dua cangkir brokoli setengah matang, 2 putih telur rebus, 2 tomat, 2 mentimun, setengah avokad, apel, atau pear. Dengan makanan ini, tak ada sisa gula yang tersimpan menjadi lemak. Kadar gula darah sebelum dan sesudah makan pun rata-rata sama. Dan, hormon eicosanoid buruk takkan keluar sehingga tak mengundang penyakit. `Menu' ini perlu dilengkapi lauk-pauk yang diolah dengan berbagai cara, asal tidak ditumis atau digoreng.
>
> "Kita makan sayur bukan hanya demi seratnya. Sayur mentah mengandung enzim dengan life force energy yang penting buat tubuh. Inilah pola makan asal yang sesuai fitrah manusia. Siapa bilang tidak makan nasi jadi lemas? Nenek moyang kita makan sayur dan buah tapi mereka kuat mendaki gunung danm berburu."
>
> Sakit adalah Introspeksi
> Hal lain yang menarik dari dr. Tan adalah gelar M. Hum. Gelar itu didapat setelah ia mengambil pascasarjana filsafat di Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Jakarta, tahun lalu. Menurutnya, kuliah S2 filsafat membuatnya memahami manusia secara mendalam dan holistic. Ia juga jadi mengerti `dosa ilmu kedokteran' tentang mekanisasi tubuh manusia.
>
> "Akibat perkembangan ilmu kedokteran – terutama seteloah ditemukannya alat pacu dan cangkok jantung, tubuh manusia yang tadinya holistic lalu dipecah-pecah. Kalau kepala sakit yang diobati, ya kepala saja. Kita terlepas dari tubuh, emosi dan kecerdasan spiritual. Tubuh manusia hanya jadi seperangkat mesin. Kalau ada yang salah, kita pergi kebengkel. Dan, rumah sakitlah bengkel terbesarnya. Betul, badan manusia terlalu kompleks untuk dipegang satu ahli saja. Manusia boleh dipegang b eberapa ahli, asal mereka sama-sama sadar bahwa manusia diciptakan Tuhan. Masalahnya, dokter punya arogansi profesi. Seorang dokter biasanya susah dibilangin dan selalu merasa benar," tuturnya lugas.
>
> Dr. Tan juga menyanyangkan bila manusia zaman sekarang mati-matian melawan dan menolak sakit. Padahal, sakiat adalah jalan untuk lebih memahami bahwa manusia atak selamanya diposisi atas.
>
> "Sakit adalah introspeksi. Ketika sakit, saya berhenti dan menoleh kebelakang. Apa yang `jalan' dan `nggak jalan' selama ini? Nah, menjadi sembuh adalah keberhasilan introspeksi dan menemukan cara untuk lebih maju lagi. Tapi bagaimana pasien bisa introspeksi bila tak dibimbing menemukan kesembuhannya dan hanya dininabobokan oleh obat? Dunia yang mati rasa dan tak mau mengalami sakit adalah dunia yang melarikan diri, mengingkari diri sendiri," lanjutnya.
>
> Menurut dr. Tan, kita memasuki era kebablasan mengonsumsi obat. Akhirnya, obat dijadikan demand. Setelah demand melambung tinggi, masyarakat digenjot untuk mendapatkan penghasilan lebih yang tak perlu demi obat. Lihatlah berapa banyak orang yang harus berusaha mati-matian demi kep-erluan berobat salah satu anggota keluarga.
>
> Selalu Ingin Jadi Dokter
> Dr. Tan Shot Yen lahir di Beijing, 17 September 1964 dan dibesarkan di Jakarta. Ia kuliah di Fakultas Kedokteran Universistas Tarumanegara dan lulus Profesi Kedokteran Negara FKUI pada tahun 1991. Sebagai siswi yang selalu mendapat nilai cemerlang dalam ilmu eksakta, menjadi dokter merupakan impiannya sejak dulu. Baginya, dibidang kedokteran, cara pikirnya yang eksakta bisa menemukan `kemanusiaannya' . Dalam diri pasien, ia menemukan benang merah antara fisik, emosi dan spiritual.
> Ketika baru menjadi dokter, saya juga ngaco. Sekadar memberi obat pada pasien. Lama-lama saya pikir saya cuma perpanjangan pabrik obat," kenangnya. Lalu ia pelan-pelan lebih menggunakan gaya hidup sehat. Perubahan ini dipicu oleh ayahnya, dr. Tan Tjiauw Liat, tokoh inspiratif yang membuatnya maju untuk melihat apa sebenarnya kebutuhan manusia.
>
> Melihat begitu berapi-apinya dr. Tan saat memberikan p-encerahan gaya hidup pada pasien, siapapun mungkin akan b ertanya `apa tidak capek?'. "Lebih capek mana dibandingkan dokter yang ditunggangi perusahaan obat dan makanan? Saya mendapat energi bila melihat pasien sembuh. Mereka memegang kendali atas hidup mereka, tidak dibohongin dokter, dan tidak tergantung obat," jawabnya.
>
> Dr. Tan mengakui, sepak terjangnya kerap dipandang sebelah mata oleh koleganya. "Ada yang bilang saya idealis, bahkan mission impossible. Tapi saya yakin, dalam hati kecil mereka mengatakan bahwa perubahan gaya hiduplah jawabannya. Masalahnya, mereka sendiri tidak menjalani gaya hidup itu. Ini membuat saya sebal. Kalau mereka merasa tidak bisa menjalani gaya hidup sehat, jangan mengecilkan pasien dengan menganggap pasien juga takkan bisa. Pasien yang sudah parah dikasih obat apapun pasti mau. Apalagi Cuma disuruh Apalagi Cuma disuruh ganti nasi dengan sayur."
>
> Keluarga terpengaruh
> Pola makan asal yang meniadakan gula, trigu, nasi, pati dan susu yang dijalani dr. Tan juga dilakukan oleh suami – Henry Remanleh – dan anak tunggalnya, Cilla. Menurut dr. Tan, mereka tidak menjalaninya karena terpaksa, tapi karena merasakan manfaatnya. "Putri saya 17 tahun, kadang terpengaruh pola makan temannya. Dia lalu mengeluh susah konsentrasi atau pencernaannya terganggu. Setelah itu dia back on track. Dia sudah meengonsumsi raw food sejak SMP atas pilihan sendiri. Anak itu mencontoh orang tuanya. Jangan harap anak makan dengan baik kalau Anda sendiri amburadul."
>
> Suaminya, Henry, adalah kinesiologis yang berkutat dengan masalah gerak dan pengaruhnya terhadap aspek kehidupan manusia. Henry juga instruktur brain gym. Ia berpraktek didtempat yang sama. Dr. Tan sangat menghargai pekerjaan suaminya karena memberdayakan masyarakat. "Brain gym terbukti bisa meningkatkan konsentrasi. Dengan pola makan sehat sejak kecil dan gerakan olahraga terstruktur, Anda tak perlu lagi minum obat," katanyaa tegas.
>
> Selain sibuk berpraktik dan menjadi pembicara talkshow, dr. Tan menjadi contributor untuk taboid dan majalah kesehatan. Selain itu, ia mengisi waktunya dengan membaca dan membuka jalur continuing medical education melalui internet. Karena itu, info dan data jurnal ilmiahnya selalu up to date – disamping buku-buku terbaru pemberian ayahnya.
>
> Ia menjalani pilates, terkadang berenang, dan sesekali bermain piano. Kini ia sedang mengumpulkan kisah-kisah kamar paraktek untuk dijadikan tulisan imnspiratif agar para dokter memandang pasien lebih dari sekumpulan diagnosis.
>
> Wah, sepertinya semangat dalam tubuh mungil ini seolah melonjak-lonjak dan tak pernah padam. Maju terus dr. Tan!
Pengumuman Badan Kesehatan Dunia (WHO) tentang makanan yang terbaik dan makanan yang paling buruk

Pada symposium ke113 Badan Kesehatan Dunia (WHO) yang membahas makanan, olah raga dan kebiasaan hidup strategi baru kesehatan global.

Dalam strategi baru tersebut mengemukakan pola makan yang tidak sehat tersebut merupakan penyebab utama timbulnya bermacam macam penyakit non infeksi (tidak menular) termasuk beberapa jenis kanker.

Dalam symposium tersebut WHO merekomendasikan golongan makananyang terbaik.

Meliputi pengendalian asupan lemak jenuh dan menggantikan dengan lemak tak jenuh.

Banyak makan sayur, buah, kacang kacangan , makanan kasar dll. Mengaharapkan pemahaman makanan/menu sehat menghadapi tantangan hidup.

1.. Buah Terbaik
Urutan buah terbaik adalah papaya, strawberry, orange, jeruk kupas, kiwi, mangga, plum, kesemek dan semangka.

2.. Sayur Terbaik
Ketela kuning kaya kandungan vitamin juga anti kanker mujarab merupakan golongan sayur utama disusul oleh asparagus, lettuce, brokoli, seledri, terong, bit, wortel, kolumbi, xuelihong (sejenis sawi ijo), sawi putih.

3.. Daging terbaik
Struktur daging angsa mirip dengan minyak zaitun, bermanfaat untuk jantung.

Daging angsa mendapat predikat sumber protein terbaik.

4.. Makanan tersehat untuk proteksi otak
Pocai (soinancia oleracea), kucai, labu merah, onion, kembang kol, kacang polong, tomato, wortel, sawi putih kecil, daun bawang, seledri, he tau, kacang tanah, jambu mente, biji tusam, biji apricot, kedelai, beras kasar/tuton, hati babi..

5.. Tim/sup terbaik
Tim ayam terbaik, terutama tim ayam betina dapat mencegah flu, radang tenggorokan, sesuai untuk konsumsi musim salju dan musim semi..

Sepuluh golongan makanan sampah (junk food) yang diumumkan WHO.

1. Makanan gorengan

Golongan makanan ini kandungan kalorinya tinggi, kandungan lemak/minyak dan oksidanya tinggi.

Bila dikonsumsi secara regular dapat menyebabkan kegemukan, mengakibatkan hyperlipitdema dan sakit jantung korener. Dalam prosese menggoreng sering terjadi bnayak zat karsiogenik, hal mana telah dibuktikan kecenderungan kanker bagi mereka yang mengkonsumsi makanan gorengan jauh lebih tinggi dari yang tidak / sedikit mengkonsumsi makanan gorengan.

2. Makanan kalengan

Baik yang berupa buah kalengan atau daging kalengan, kandungan gizinya sudah banyak dirusak, terlebih kandungan vitaminnya hampirseluruhnya dirusak.

Terlebih dari itu kandungan proteinnya telah mengalami perubahan sifat hingga penyerapannya diperlambat.

Nilai gizinya jauh berkurang. Sealain itu banyak buah kalengan berkadar gula tinggi dan diasup ke tubuh dalam bentuk cair sehingga penyerapannya sangat cepat. Dalam waktu singkat dapat menyebabkan kadar gula darah meningkat, memberatkan beban pancreas. Bersamaan dengann tingginya kalori, dapat menyebabkan obesitas.

3. Makanan asinan

Dalam proses pengasinan dibutuhkan penambahan garam secara signifikan, hal mana dapat mengakibatkan kandungan garam makanan tersebut melewati batas, menambah beban ginjal.

Bagi pengkonsumsi makanan asinan terbut, bahaya hipertensi dihasilkan. Terlebih pada proses pengasinan sering ditambahkan amonium nitrit yang menyebabkan peningkatan bahaya kanker hidung dan tenggorokan.

Kadar garam tinggi dapat merusak selaput lender lambung dan usus. Bagi mereka yang secara kontinu mengkonsumsi makanan asin radang lambung dan usus kemungkinan tinggi.

4. Makanan daging yang diproses (ham, sosis, dll)

Dalam makanan golongan tersebut mengandung garam nitrit dapat menyebabkan kanker, juga mengandung pengawet/pewarna dll yang memberatkan beban hati/hepar.

Dalam ham dsb kadar natriumnya tinngi, mengkonsumsi dalam jumlah besar dapat mengguncangkan tekanan darah dan memberatkan kerja ginjal.

5. Makanan dari daging berlemak dan jerohan

Walaupun makan ini mengandung protein yang baik, vitamin dan mineral tapi dalam daging berlemak dan jerohan mengandung lemak jenuh dan kolestrol yang sudah divonis sebagai pencetus penyakit jantung. Makan jerohan binatang dalam jumlah banyak dan waktu lama dapat menyebabkan pernyakit jantung koroner dan tumor ganas (kanker usus besar), kanker payudara dll.

6. Olahan Keju

Sering mengkonsumsi olahan keju dapat menyebabkan penambahan berat badan hingga gula drah meninggu. Mengkonsumsi cake/kue keju bertelur menyebabkan kurang gairah makan. Konsumsi makanan berkadar lemak dan gula tinggi sering mengakibatkan pengosongan perut. Banyak kasus terjadinya hyperakiditas dan rasa terbakar.

7. Mi instant

Makanan ini tergolong makanan tinggi garam, miskin vitamin, mineral. Kadar garam tinggi menyebabkan beratnya beban ginjal, meningkatkan tekanan darah dan mengandung trans lipid, memberatkan beban pembuluh darah jantung.

8. Makanan yang dipanggang/dibakar

Mengandung zat penyebab kanker.

9. Sajian manis beku.

Termasuk golongan ini ice cream, cake beku dll.

Golongan ini punya 3 masalah karena mengandung mentega tinggi yang menyebabkan obesitas karena kadar gula tinggi mengurangi nafsu makan juga karena temperature rendah sehingga mempengaruhi usus.

10. Manisan kering

Mengandung garam nitrat.

Dalam tubuh bergabung dengan ammonium menghasilkan zat karsiogenik juga mengandung esen segai tambahan yang merusak hepar dan organ lain, mengandung garam tinggi yang menyebabkan tekanan darah tinggi dan memberatkan kerja ginjal.

Diterjemahkan oleh : T.K. Tan

Kamis, 04 Maret 2010

*Suatu Hari Ketika Kita Sama-Sama Tua*


Kuusap tangan keriputmu. Perlahan. Karena aku sendiri tak punya kekuatan
sebesar dulu. Semua gerakku kulakukan hati-hati. Maklum, kita sudah tidak
muda lagi. Tetapi, inginku untuk terus membelai wajahmu. Dalam kelembutan
yang masih tersisa. Dalam pelannya gerakku yang kadang tersendat. Aku masih
ingin luapkan cinta dalam hati ini kepadamu.

Kuusap rambut di kepalamu yang helainya tak lagi sama seperti ketika kita
berjumpa. Helainya makin tipis, berkurang satu demi satu. Sama seperti
rambut panjangku yang rontok hari demi hari. Memenuhi lantai rumah yang
sering disapu perlahan. Hanya ingin ungkapkan rasa yang pernah bersemi. Di
masa lalu. Dulu. Dan berharap rasa itu terus ada dan tetap abadi sampai saat
maut memisahkan kita.

Kuambilkan kaca matamu. Kaca mata yang sama dengan milikku. Karena mata tua
kita tak lagi awas melihat apa yang terjadi di depan kita. Terkadang
huruf-huruf di surat kabar pun tak terbaca jelas. Tak mengapa, Sayangku,
asal kita tetap punya mata hati yang jernih, sehingga mampu meneropong
dunia lewat hal-hal yang pernah dan masih akan kita lalui. Suka dan duka, yang
semuanya membuat pengalaman kita akan hidup semakin kaya.

Kuingat ketika kita tertawa saat melepas gigi palsu yang memenuhi mulut
kita. Rasanya sudah lama ya, kita tak punya gigi lengkap lagi. Menjadi
kegiatan yang lucu karena pada akhirnya kita bisa bersiul sambil menyikat
gigi. Siulan lagu-lagu kegemaran yang mengingatkan akan masa lalu yang penuh
cerita bagi kita berdua.

Suatu hari, ketika rumah yang dulu isinya tangisan, ompolan, dan mainan
anak-anak kita. Menjadi sepi dan senyap karena mereka sudah beranjak dewasa.
Mereka pergi mengejar cita dan cinta. Kuliah. Bekerja. Menikah. Dan
tinggallah kita dalam rasa sepi kembali berdua. Mengunjungi mereka dan
kunjungan dari mereka adalah hadiah terbesar bagi kita. Kita mulai saling
memperhatikan (lagi). Setelah sekian lama perhatian itu terpecah kepada buah
kasih kita.

Suatu ketika, ketika rambut kita sama-sama memutih. Ketika eros (cinta yang
dilandasi hawa nafsu) sudah jadi *philia* (cinta penuh persahabatan) . Ketika
kita tak lagi sanggup marah-marah karena suara sudah tak senyaring dulu.
Meski masih saja kita berdebat mengenai soal-soal tak penting. Saling kesal,
namun pernah juga berakhir dengan tertawa bersama.

Biarlah kita tetap ingat cinta yang membawa kita sampai hari ini. Merenda
kasih yang sarat konsekuensi penerimaan tanpa syarat sampai akhir nanti.
Biarlah kita ingat, cinta ini bukan datang dengan sendirinya. Melainkan dia
memang dibina, dipertahankan, didoakan, dan dijalankan.

Suatu ketika, saat kita sama-sama tua. Dengan kondisi tubuh yang tak lagi
prima: mungkin pikun-mungkin tangan gemetar- mungkin sakit-sakitan.

Biarlah kita tetap miliki cinta yang tak lekang dimakan usia.

HCMC, 3 Maret 2010

-fon-

* doa dan harap untuk masa tua nanti