Selasa, 09 Februari 2010

IF LIFE IS SO SHORT

Saya pertama kali bertemu dengan Charles dan Linda Graham saat
pasangan asal Amerika itu ikut serta dalam rombongan tur ke Eropa Barat yang
saya pimpin, kira-kira 12 tahun yang lalu. Ketika itu mereka mengadakan
perjalanan dalam rangka memperingati ulangtahun emas perkawinan mereka. Saya
banyak berkomunikasi dengan mereka sebab mereka duduk di baris pertama pada bus
yang kami kendarai sepanjang perjalanan, tepat di belakang bangku tempat duduk saya.

Selama 14 hari perjalanan mengunjungi 9 kota di 5 negara, pasangan
yang sudah berusia lebih dari 70 tahun itu kerap menjadi perhatian saya.

˜Pengamatan yang saya lakukan secara sembunyi-sembunyi terhadap mereka
 entah dengan
mencuri pandang melalui kaca spion bus yang kebetulan mengarah langsung pada
mereka, atau memperhatikan bagaimana mereka berunding untuk menentukan mau
pergi ke mana ketika acara bebas—membuat saya melihat ada sesuatu yang
berbeda diantara keduanya dibandingkan para peserta lain.

Keduanya tampak sangat ceria, yang terpancar jelas dari raut wajah mereka yang
sudah dipenuhi keriput.

Setahun berikutnya, ketika ditugaskan untuk memimpin sebuah rombongan tur ke
Eropa Timur, secara tak sengaja saya bertemu lagi dengan Charles dan
Linda yang ternyata juga ikut serta dalam rombongan
tur yang saya pimpin saat itu. Kali ini mereka melakukan perjalanan untuk
merayakan ulangtahun perkawinan yang ke-51.

Lantaran sudah saling kenal sebelumnya, kami menjadi cepat akrab. Sebenarnya,
saat itu saya hanyalah seorang tur leader pengganti lantaran tur leader yang
seharusnya memimpin perjalanan tersebut mendadak jatuh sakit. Di awal
perjalanan, saya berterus terang kepada para peserta tur bahwa saya kurang
familiar dengan rute perjalanan kali ini.

Di luar dugaan, Charles secara diam-diam berbicara banyak tentang saya kepada
para peserta tur lainnya berdasarkan pengalaman yang dialaminya saat ikut serta
dalam rombongan tur yang saya pimpin setahun sebelumnya. Tentang bagaimana saya
sudah menjadi tur leader yang menurut dia sangat baik dan caring serta berbagai
hal-hal positif lainnya

Hidup ini terlalu singkat untuk dijalani, kalau bisa membuatnya lebih
indah, kenapa harus dijalani dengan airmata. Kalau bisa memotivasi orang lain
dengan pujian, mengapa kita harus menyampaikannya dengan celaan?  demikian kata
 Linda saat saya menyampaikan terimakasih atas promosi yang dilakukan suaminya untuk saya.

Prinsip Life is too short yang dianut oleh Charles dan
Linda itu membuat saya merenung tentang makna hidup
yang sudah saya jalani saat ini. Usia pernikahan yang mereka jalani hingga
sanggup mencapai angka di atas 50
tahun adalah suatu hal yang langka, dan menurut saya perjalanan
hidup mengarungi kehidupan selama 70 tahun lebih bukanlah waktu yang singkat pula.

Kita tidak pernah tahu kapan
hidup ini bakal berakhir, kapan saat terakhir kita bakal bertemu dengan orang
yang kita kasihi. Bisa saja besok saya atau kamu dipanggil Tuhan, dan alangkah
menyesalnya kita ketika menyadari betapa banyak hal yang sebenarnya ingin kita
capai, ternyata tidak pernah terwujudkan. Jika setiap saat kita berpikir bahwa
hidup ini terlalu singkat untuk dijalani, maka kita akan termotivasi untuk
memberikan makna terbaik pada hari-hari yang kita jalani saat ini,
demikian ungkap Charles panjang lebar. 

Dan
jika pada kenyataannya kita diberi anugerah untuk menjalani hidup ini lebih
lama, bukankah hari-hari yang sudah kita lalui bakal menjadi rangkaian kenangan
nan indah? 

Ketika menikah beberapa tahun yang lalu, saya bersama istri juga telah
bersepakat untuk menjalani kehidupan ini dengan prinsip ˜life is so short.
Setiap saat kami selalu berpikir bagaimana caranya agar mengisi hari-hari kami
dengan sebaik mungkin. Peringatan hari ulang tahun saya dan istri, maupun
ulangtahun pernikahan, kami menjadi ajang untuk introspeksi tentang hari-hari
yang telah kami lewati bersama, sekaligus merencanakan apa yang akan kami
lakukan untuk kurun waktu setahun ke depan.

Banyak orang yang mengatakan bahwa kehidupan rumah tangga yang kami jalani
barulah seumur jagung, sehingga saat ini kami baru menikmati yang
manis-manis saja. Memang benar, selama hampir dua tahun kehidupan pernikahan
kami, hampir bisa dipastikan kami jarang bertengkar. Perselisihan memang ada,
namun kami berdua senantiasa mengupayakannya agar persoalan yang kami hadapi
tidak melebar dan meluas ke mana-mana. “If you can make it simple, why make it
hard?, begitu kata Linda .

Beberapa bulan yang lalu, saya mendapat kiriman surat
dari Linda (kami memang sering saling berkirim surat
semenjak pertemuan kami di Eropa bertahun-tahun lalu). Di suratnya
Linda menceritakan bahwa Charles telah meninggal
dunia, beberapa saat setelah peringatan ulangtahun pernikahan mereka yang
ke-62. Herannya, saya tidak menangkap kesan kesedihan di dalam suratnya tersebut.

Bahkan dia mengatakan bahwa mereka berdua sudah sejak lama bersiap menghadapi
momen perpisahan yang tak mungkin terelakkan oleh manusia manapun di dunia ini.
Linda mengungkapkan bagaimana
beruntungnya mereka bisa melewati saat kebersamaan yang panjang, dan bersyukur
atas begitu banyak peristiwa yang boleh mereka jalani berdua. Dan ketika memang
saat itu tiba, yang terungkap justru rasa syukur karena telah
diberi banyak kesempatan untuk menjalani hari demi hari bersama dengan orang
yang dicintainya.


When you think your life is so short and when you always keep
trying to fill up your days with cheers and laughter; someday you'll be
amazed, how many great moments you've been through in your lifetime.
Itulah kalimat penutup yang ditulis Linda Graham dalam surat
terakhir yang dikirimkannya pada saya.

............ .

If life is so short..

Why don't you let me love you ?

Before we run out of time..

If love is so strong..

Why won't you take the chance ?

Before our time has come

If life is so short

............

(If life is so short - The Moffats)

Tidak ada komentar: